Selasa, 13 Maret 2018

[Booklicious] Women of Tales

Menyambut Hari Wanita Internasional pada tanggal 8 Maret kemarin, Penfi punya rekomendasi beberapa penulis yang mengubah dongeng di masa lalu di mana para wanitanya yang lemah dan hanya bisa menunggu pertolongan orang lain, menjadi karakter-karakter yang lebih manusiawi: tidak melulu menunggu bantuan, tidak melulu mengejar pangeran tampan, dan bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Buku-buku ini pastinya telah membuat Penfi jatuh cinta sehingga Penfi ingin menebarkan cinta ini pada kalian perempuan-perempuan dan para lelaki feminis. *ehem* 






1. The False Princess by Eilis O'Neal

Diterbitkan oleh Atria pada tahun 2012, The False Princess bercerita tentang Putri Naila yang baru saja mengetahui tentang jati dirinya pada usianya yang ke-16. Bahwa dirinya bukanlah putri yang sesungguhnya. Seperti judul sinetron Putri Yang Tertukar, Raja dan Ratu Thorvaldor menukar putri asli mereka dengan putri palsu untuk melindungi putri asli dari ancaman kematian yang sudah diramalkan sejak kelahirannya. Putri yang asli diamankan di sebuah biara hingga usianya cukup untuk kembali ke istana. Maka Naila pun dikembalikan ke keluarga aslinya dan dirinya berganti nama yang seharusnya, yaitu Sinda. Ada banyak konflik pribadi yang dialami Sinda setelah mengetahui kebenaran identitas dirinya. Bagaimana rasanya mengetahui bahwa orangtua yang membesarkannya ternyata bukan orangtua kandungnya dan mereka membuangnya begitu saja? Bagaimana rasanya kembali ke keluarga asli yang tak menerimanya karena diangap penyebab kesialan? Bagaimana rasanya menjadi rakyat jelata setelah seumur hidupnya bergelimang harta?

Ketika Sinda mengetahui dirinya memiliki ilmu sihir, dia bertekad untuk menguasainya. Sinda mendambakan statusnya yang dahulu sehingga dia bersikeras melakukan segala sesuatunya sendirian saat konflik baru muncul dan menolak bantuan Kiernan, bangsawan Rithia yang menjadi temannya selama menjadi Putri. Buku ini cocok untuk kaum feminis karena perubahan nasib dan tekad pada Sinda mewakili sifat-sifat feminisme dimana seorang wanita tidak lagi hanya pasrah menunggu ketika dihadang masalah. Meskipun pada awalnya ambisi Sinda terkesan egois, itu juga menunjukkan bahwa seorang wanita sama dengan pria. Kemahsyuran dan pengakuan diri merupakan candu yang menggoda siapapun, terlepas dari gendernya.    


2. The Forbidden Wish by Jessica Khoury

"I am not allowed to hope. I am forbidden a wish of my own. And so I will not think of the world above, of the open sky, of the fresh air and the light of day. I will be lost, a myth, a dream. Trapped forever with myself int his prison of sand and magic. I can not imagine a more terrifying doom. I thought I had resigned myself to this fate long ago, when it seemed no one would ever find me. Now I know this to be untrue, and that hope has pulsed deep within me like a dormant seed, waiting to flourish at the first sign of escape." 


Mengambil kisah Aladdin yang ada dalam dongeng 1001 Malam, Jessica mengubah Jin yang umumnya bergender lelaki menjadi perempuan bernama Zahra. Dari sinopsisnya saja, kita sudah tahu akan ada kisah romantis antara Aladdin sang pencuri jalanan dengan jin-nya. Dikemas dengan gaya bahasa yang indah, Jessica membuka kembali dongeng kuno dengan nuansa berbeda. Selain sang Jin yang pastinya kuat dengan sihirnya (walau dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu), sang putri juga merupakan tokoh perempuan yang kuat.

Kita disuguhkan pada pribadi Zahra sebagai seorang wanita yang meski kuat tapi juga rentan, menganggap dirinya sebagai monster tetapi juga dihantui rasa bersalah. Seringkali wanita memakai topeng-topeng untuk menyembunyikan rasa terluka dan kesedihan-kesedihannya. Itulah Zahra. Meskipun hal ini juga bisa terjadi pada kaum lelaki. 
Pernahkah kalian membaca jin yang manusiawi, bahkan melebihi manusia itu sendiri? Ketika sang jin dihadapkan pada pilihan yang dapat membebaskan dirinya dari belenggu lampu, namun dengan mengkhianati Aladdin, saat itulah ujiannya dimulai. 

The Forbidden Wish baru ada satu buku saja, dengan prekuel pendamping berjudul The Jinni. Penerbit Spring menerjemahkan dan menerbitkan buku ini pada tahun 2017.



3.  Confessions of An Ugly Stepsister by Gregory Maguire

Ini adalah reka ulang kisah Cinderella yang terkenal dengan mengisahkannya dari sudut pandang sang kakak tiri. Diterbitkan oleh Atria pada tahun 2013, Pengakuan Kakak Tiri Buruk Rupa ini mengambil lokasi di Belanda pada abad ke-17. Cinderella yang bernama Clara adalah adik tiri Iris dan Ruth, dan kecantikannya sudah tersiar sampai disangka peri. Bagaimana rasanya berkeluarga dengan ibu yang terobsesi pada penampilan dan ketahanan hidup sebagai kaum perempuan di lingkungan sosial, lalu mendapati adik tirinya adalah orang yang masuk dalam kategori tersebut? Iris pun tumbuh dengan konflik-konflik dalam dirinya, dia tidak mampu menerima dan memahami dirinya sendiri. 


Meskipun pintar, tapi dirinya tidak cantik. Ruth kakaknya bodoh dan dangkal, membuat Iris harus mengurusnya setiap waktu. 
Sedangkan Clara si cantik, bertentangan dengan kisah yang selama ini kita tahu, mengurung diri di dapur daripada mengikuti pesta di istana dan seringnya menyusahkan.
Buku ini menunjukkan bahwa para saudari ini, berjuang dengan caranya masing-masing. Bahwa wanita tidaklah mesti kuat dan cantik, bahwa dengan menerima kekurangan diri sendiri juga merupakan keberanian dan kekuatan.



4. Snow White and the Huntsman by Lily Blake, Evan Daugherty, John Lee Hancock, Hossein Amini

Berawal dari sebuah film, Snow White and the Huntsman kemudian diterbitkan menjadi sebuah novel. Seperti buku rekomendasi lain yang merupakan retelling dari dongeng-dongeng ternama, kalian tentu tahu yang satu ini. Namun, berbeda dari kisah Snow White pada umumnya, yang hanya bisa kabur, numpang di rumah orang, lalu bernyanyi bahagia walau mengetahui ibu tirinya ingin membunuhnya karena rasa iri nan dengki, Snow White yang ini tidak berpangkau tangan. Dengan bantuan sang pemburu bayaran, Eric The Huntsman, Snow White menggalang pasukan untuk menghentikan kekuasaan sang ibu tiri yang lalim, belum lagi obsesinya terhadap kecantikan.

Namun, sang ibu tiri adalah penyihir kuat dengan cermin emas yang selalu membantunya. Bagaimana Snow White bisa mengalahkannya? Hubungan Snow White dan Eric juga dibuat lebih erat daripada di kisah lain. Dan saat Snow White terkena kutukan yang dikirim Ratu (sang ibu tiri) hingga membuatnya meninggal, siapa yang menciumnya untuk membangunkannya? Pangeran William di sini adalah teman main Snow White sejak kecil, sebelum Snow White dikurung di menara. Apakah sang pangeran mampu mematahkan kutukannya?


Movie tie-in novelisation ini diterbitkan Penerbit Nourabooks pada tahun 2012.   



5. A Court of Thorn and Roses by Sarah J. Maas


Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer tahun 2018, buku ini terdiri dari 6 volume dengan 3 di antaranya sudah keluar dari pemanggangan (di sini baru satu). Digadang-gadang sebagai retelling Beauty and the Beast, buku ini telah sukses mengambil hati para penggemarnya. Tokoh utamanya, yang bernama Feyre (bukan Belle) adalah seorang pemburu atau huntress. Di suatu malam pada saat musim dingin membekukan, Feyre berburu rusa yang ternyata juga sedang diburu seekor serigala. Untuk mendapatkan rusa tersebut, Feyre membunuh sang predator. Dia tidak tahu jika serigala tersebut adalah makhluk peri (faerie). Membunuh makhluk peri membuatnya harus membayar harga yang sangat mahal. Untuk melindungi keluarganya, Feyre pun menjadi tawanan di negeri fae.

Setelah beberapa lama di negeri fae, Feyre mendapati bahwa Tamlin, peri yang menawannya, dan yang selalu mengenakan topeng, terkena kutukan. Dalam masa tawanannya, Feyre yang awalnya bersikap penuh curiga dan waspada, kini menunjukkan bahwa dia peduli pada Tamlin. Feyre juga harus segera mematahkan kutukannya jika tidak ingin kehilangan Tamlin untuk selamanya. Alur kisah dalam buku ini dibuat sangat hati-hati dan tidak terburu-buru. Kisah romansa yang ada hanya cocok jika kalian sudah berumur 21 tahun ke atas. Kabarnya seri ini akan diadaptasi menjadi serial TV, Sarah J. Maas sudah bilang OK!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar