Jumat, 24 November 2017

[ULASAN] Mandalas: Pembaca Alam by Giovani Dio Prasasti




 Mandalas The Visioner

Penulis: Giovani Dio Prasasti

Penerbit: Kanisius Media
Terbit: 2017
ISBN: 9789792153200

Sinopsis:
Pada 2080 N, sebuah negara yang disebut Mandalas, membangun tembok-tembok besar yang memisahkan perkotaan dengan wilayah luar yang berisi kaum terbuang dan yang dianggap penjahat. Kemudian, sebuah senjata yang disebut Pembaca Alam digunakan para pemberontak untuk melawan. Namun tidak ada yang kuat menggunakannya, kecuali Kenan Tung. Kenan yang hilang setelah bertahun-tahun, sosoknya diganti seorang pria muda kaya yang merupakan putra Zardi Willing, Timothy Willing, Timo yang tidak sengaja membunuh orang dan menemukan kekuatan Pembaca Alam dalam dirinya harus lari menghindari hukuman mati ke luar tembok kota. Timo pun bertemu para pemberontak dan berlatih menguasai kekuatannya, sebelum ramalan mengerikan tentang kiamat kedua yang dia lihat menjadi kenyataan. Sementara itu, dia juga harus menyelamatkan adiknya, Deran, dan juga menggulingkan tirani pemerintah.





Ulasan:
Bagi pembaca yang menginginkan alur cerita yang berjalan cepat, Mandalas boleh jadi pilihan, nih. Mandalas bercerita tentang Timothy Willing yang merupakan seorang Pembaca Alam. Pembaca Alam sendiri adalah senjata yang diciptakan manusia. Senjata ini berupa chip yang ditanam di otak manusia dan membuat manusia itu bisa membaca tanda-tanda dari alam (hewan, tumbuhan, dan benda mati) bahkan mengendalikannya. Nah, pada tingkat ini, bukan lagi disebut Pembaca Alam, tapi Pengendali Alam. Well, cara kerja chip sendiri perlu dijelaskan lebih rinci lagi oleh penulis karena ini adalah bagian penting cerita.

Ide cerita Mandalas sangat menarik, hanya eksekusinya saja yang perlu diperhatikan. Pemilihan latar waktu dan tempat serta rincian sejarah di balik Mandalas mungkin sudah dipertimbangkan dengan matang, tapi penyampaiannya masih menyisakan banyak tanda tanya. Bisa jadi, jalan cerita yang melompat-lompat (terlalu cepat berganti) atau pemenggalan kalimat yang tidak tepat yang menyebabkan semua itu. Hal lain yang disayangkan dari buku ini adalah penokohan yang tidak spesifik dan monoton. Bila diperhatikan baik-baik, semua karakter Mandalas memiliki sifat yang tidak ada beda. Setidaknya, tokoh utama memang lebih menjengkelkan daripada semua tokoh, karena sifatnya lebih kekanakkan dan segi pemikirannya malah kurang maju dari si adik, Deran Willing. Penokohan yang hambar ini berbanding lurus dengan alur yang terlalu cepat berganti. Nah, Mandalas tidak mengecewakan dari segi humor dan twist, loh. Selipan-selipan komedi yang konyol dan twist yang ‘boleh tahan’ menyelamatkan sebagian cerita. Dari sisi ini, penulis patut diacungin jempol. Good job!


Ini saja ulasan singkat untuk Mandalas. Ruang bagi penulis untuk mengembang Mandalas sangatlah luas. Ditunggu sekuelnya. Hehe.. :p



Ulasan dibuat oleh: Banana Split

Tidak ada komentar:

Posting Komentar